ABOUT DEFA
"Gimana kalau akhirnya aku
jatuh pada bayang tokoh fiksi dari negeri dongeng penuh imajinasi."
Tertanda,
Afa
Huruf demi huruf dirangkai dengan
baik oleh gadis itu. Tulisannya rapih sama seperti biasa. Terbesit dalam
benakku untuk menyapa dan berkenalan dengannya. Tapi dia terlalu untouchable, pikirku kembali. Dia gadis yang
sama seperti empat tahun lalu kutemui di Heathrow
International Airport London, Inggris saat check in kepulangan ke Indonesia. Gadis
yang melindungi hatinya agar tidak tersakiti lagi. Kenapa aku tahu? Sama
seperti tadi, ia selalu menulis apa yang ada dipikirannya pada selembar kertas
note lalu meninggalkannya ditempat dimana ia menulisnya.
**
Hari ini kepulanganku ke
Indonesia. Liburan ini cukup untuk membenahi hatiku yang terluka. Walau
sepenuhnya ini adalah kesalahanku. Seharusnya aku tidak berlaku bodoh.
Seharusnya aku bisa menahan perasaanku padanya, sahabatku sendiri. Tapi
kenyataan punya alurnya sendiri. Semakin aku menahan perasaan ini aku justru
menyukainya semakin dalam.
Salahku. Mau bagaimana lagi? Orang
bilang tak ada persahabatan antar lawan jenis tanpa cinta dikeduanya atau
bertepuk sebelah tangan. Hanya itu pilihannya, dan aku terjatuh pada pilihan
kedua. Cintaku bertepuk sebelah tangan. Aku menyukainya, dia menyukai temanku.
Aku bisa apa? Aku mengalah agar kita tetap bersahabat.
Namun ia terlanjur kecewa padaku,
ia kecewa bahwa ternyata aku punya rasa sayang yang lebih dalam dari sekedar
sahabat. Ia mulai menjauh, semakin jauh dan terus menjauh yang membuat aku merasa begitu bodoh.
Maafkan aku.
I'm realize that my feeling is
wrong. I'm sorry for loving you too much.
Dengan luka yang sama,
Afa
Dia menulis dengan air mata yang
terus menerus jatuh mengalir dipipinya. Selepas menulis dia meninggalkan kertas
tersebut di tempat duduk dan pergi untuk check
in dan aku tidak melihatnya
lagi setelah itu. Kertas itu kini berada ditanganku, ya aku mengambilnya saat
dia pergi. Sampai di Indonesia aku dijemput adikku, Rega. Saat itu dia melihat
kertas yang ku bawa dan mengambilnya. Dia terkejut begitu membaca nama
penulisnya.
Tau apa? Rega adalah orang itu, yang
diceritakan Afa dalam tulisannya. Aku memang tidak satu sekolah dengannya dan
tidak tahu bahwa dia memiliki sahabat perempuan. Kita kakak beradik, aku satu
tahun lebih tua darinya tapi wajah kita yang begitu mirip membuat beberapa
orang menyangka kita kembar. Back
to the topic.
Dia berkata bahwa dia hanya tidak mau
menyakiti Afa lebih dalam dengan status mereka yang bersahabat. Dia malah ingin
aku mendekati Afa. Bagaimana bisa aku mendekat jika dia terus bersikap dingin
pada pria. Tapi aku pria dan aku punya caraku sendiri.
**
Hari ini adalah hari dimana Afa akan
pergi ke café biasa. Aku sudah disini sejak setengah jam yang lalu. Tepat pukul
3.00 dia datang dan duduk ditempat biasa, dekat jendela. Kutebak dia akan
memesan caramel frappuccino dan tiramisu cake untuk menemaninya selama disini. Aku
memanggil pelayan dan menyuruhnya memberikan kertas berisi tulisanku pada Afa.
Pelayan itu tersenyum dan memberikan kertas tersebut pada Afa. Kulihat Afa
mengernyit heran dan mulai membacanya. Aku langsung menghampiri Afa yang
terlihat usai membaca kertas tersebut.
"Hei." Sapaku.
"Eh ya? Rega?!" Ujarnya
terkejut melihatku dan mengira aku Rega.
"Kenalin gue Dennis, kakak Rega.
Dan gue yang ngasih kertas itu." Ujarku sambil menjulurkan tangan.
Bukan siapa atau kenapa. Semua
terjadi tanpa disadari. Aku menyukaimu.
– secret admirer
**
Tags:
Short Story
0 komentar